Selasa, 26 Januari 2016

Teori-teori Sosiologi


A.     Teori Struktural Fungsional- Talcott Parson
Teori struktural fungsional beranggapan bahwa masyarakat tersusun oleh suatu sistem yang kompleks, yang setiap unsur-unsurnya dalam sistem tersebut saling berkaitan dan bekerja sama dalam membangun serta memelihara stabilitas sosial. Dua konsep penting yang yang harus diperhatikan dalam teori ini :
1.      Masyarakat terdiri atas struktur sosial-struktur sosial. Struktur sosial adalah pola-pola perilaku sosial yang relatif stabil, seperti sekolah, keluarga, tempat kerja dan sebagainya.
2.      Setiap bagian dari struktur sosial memiliki fungsi-fungsi sosial, yakni konsekuensi dari pola-pola sosial terhadap bekerjanya masyarakat secara keseluruhan.
Semua pola-pola sosial tersebut, dari yang kompleks, seperti pemilu dan pemilukada, hingga yang sederhana seperti tradisi bertamu ke rumah tetangga memiliki fungsi untuk menyokong agar masyarakat tetap ada, bertahan dan berkembang.
B.     Teori Struktural Konflik- Karl Marx
Teori struktural konflik beranggapan bahwa masyarakat terdiri atas sistem yang kompleks yang ditandai dengan ketidaksetaraan dan konflik untuk menciptakan perubahan sosial. Masyarakat merupakan tempat ideal berlangsungnya konflik (dan ketegangan sosial, baik bersifat terbuka, maupun bersifat laten/tersembunyi) akibat dari adanya kepentingan-kepentingan yang tidak sejalan dari berbagai kelompok sosial.
Dalam kehidupan sosial masyarakat, sebagian kecil orang menguasai sebagian besar sumber daya (ekonomi dan politik) sedangkan sebagian besar orang hanya menguasai sebagian kecil sumber daya, sehingga terjadi ketegangan dan konflik sosial. Menurut marx, dalam masyarakat terdapat kelas-kelas sosial, yaitu kaum buruh, majikan, dan tuan-tanah. Mereka berada dalam ketegangan sosial dan konflik karena penguasaan sumberdaya ekonomi dan politik yang berbeda.
C.      Dasar-dasar Teori Konflik Sosial – Ralf Dahrendorf
Setiap masyarakat senantiasa berada di dalam proses perubahan yang tidak pernah berakhir atau dengan kata lain, perubahan sosial merupakan gejala yang melekat pada setiap masyarakat. Setiap masyarakat mengandung konflik-konflik di dalam dirinya atau dengan kata lain, konflik merupakan gejala yang melekat di setiap masyarakat.
Setiap unsur dalam suatu masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya disintegrasi dan perubahan-perubahan sosial.  Setiap masyarakat terintegrasi di bawah penguasaan atau dominasi oleh sejumlah orang atas sejumlah orang yang lain.
D.     Teori Interaksionisme Simbolik – George H. Mead & Herbert Blumer
Jika teori struktural fungsional dan teori struktural konflik bersifat makro (skala luas masyarakat) , sebaliknya teori interaksionisme simbolik berpijak pada skala mikro yaitu, interaksi sosial sehari-hari.
Menurut teori interaksionisme simbolik , masyarakat atau struktur sosial dan proses-proses sosial berskala makro harus dipahami dari interaksi sosial sehari-hari pada situasi yang spesifik. Basis teori ini adalah self (individu) yang saling berinteraksi dengan individu-individu lainnya dan individu memegang peranan penting dalam interaksi sosial. Tiga premis/prinsip dasar teori interaksionisme simbolik adalah sebagai berikut :
1.      Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu,
2.      Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain, dan
3.      Makna-makna tersebut disempurnakan ketika proses interaksi sosial berlangsung.
Self sebagai individu yang unik terbangun oleh proses interaksi sosial. Melalui interaksi, anggota-anggota masyarakat terhubung satu sama lain, menciptakan pemahaman bersama atas kejadian, sehingga kemudian terbentuklah sebuah komunitas, keteraturan sosial, dan kebudayaan.
E.      Teori Dramaturgi ­­­____  Erving Goffman
Teori ini merupakan pengembangan teori interaksionisme simbolik oleh Erving Goffman. Teori mengemukakan bahwa kehidupan di dunia diibaratkan panggung teatrikal dalam pentas seni (drama). Manusia mengambil status dan peranan sesuai dengan skenario naskah dan diawasi oleh penonton. Pementasan dalam panggung sandiwara memerlukan perangkat-perangkat : pemain (performer), penampilan (performance), tempat (region/stage), naskah (script), dan yang penting adalah penonton (audience). Individu/kelompok harus memainkan peran pertunjukkan di atas panggung sesuai jalan cerita naskah.
Individu/kelmpok hrs memainkan peran di atas panggung dengan sebaik-baiknya agar pementasan sukses dan menghindari kesalahan penampilan. Individu harus tahu kapan ia berada di panggung depan/tempat pentas (front stage atau front region) atau panggung belakang (back stage)/back region).
Panggung belakang tempat pemain melepaskan diri dari “pengawasan penonton”. Penampilan menjadi apa adanya/biasa-biasa saja, interaksi sosial sewajarnya.
Di panggung depan, individu memainkan peranan yang berpura-pura yang disebut “pengelolaan kesan” (impression management) sesuai dg ketajaman individu membaca dan mendefinisikan situasi.
Kehidupan sosial sehari-hari sama dengan akting di panggung pertunjukan. Individu adalah aktor-aktor yang memainkan peran dalam berbagai “model/ragam pertunjukan”. Karena itu, ia harus memahami “naskah cerita” dengan baik, berisi peran dan norma yang harus dipatuhi dalam peran. Contoh: bagaimana seseorang harus memainkan peran sebagai “mahasiswa” dan sebagai “dosen” dalam panggung pertunjukan yang disebut “perkuliahan sosiologi?”

Peran yang dimainkan di “panggung depan” bisa menjadi media “memanipulasi diri” atau “memperdayai orang” sesuai dengan kepentingan aktor (self=diri). Misalnya, guru agama atau orang yang bernampilan “perlente” atau “necis”.

Senin, 25 Januari 2016

Magnum Opus


"Yang Mulia, seorang raja harus memerintah dengan berbagai cara. Yang terpenting ialah bahwa ia menyembunyikan kelemahannya, seperti seekor kura-kura menyembunyikan kepalanya. Sedikit berpura-pura tuli dan buta akan menolong karena tak ada gunanya seorang raja memberikan jika perintah itu tidak dapat dilaksanakan. Dan kalau dapat, bunuhlah musuh paduka, dengan kejam kalau perlu, atau bahkan anak laki-laki, sahabat, saudara, bapak, seorang guru, kalau memang harus demikian. Pada waktu marah, tersenyumlah. Bicaralah dengan lemah lembut. Lantas gempurlah, dan seranglah untuk membunuhnya. Lantas teteskan air mata kesedihan untuk korban paduka, unjukkan rasa dukacita yang penuh hormat jika dituntut berbuat demikian.
"Timbunlah kekayaan sedapat mungkin, dengan cara apa pun. Galah yang bengkok maupun galah yang lurus sama-sama dapat digunakan untuk menjolok buah dari pohonnya.
"Jangan sekali-sekali mempercayai seorang musuh. Sebarkan mata-mata di mana-mana : kuil-kuil, tempat-tempat menjual anggur, taman-taman untuk umum, di dalam rumah-rumah untuk para selir, di mana saja yang menjadi tempat berkumpulnya orang.
"Bertingkah lakulah seperti seorang nelayan : per-kaya diri dengan menangkap dan memeras lawan sampai telanjang.
"Bicaralah lemah lembut, tetapi simpanlah sembilu di dalam hati. Sembunyikan perasaan Yang Mulia di dalam kantung kulit; bersikaplah kejam seperti sebilah sembilu" Kata Kanika sang Perdana Menteri Hastinapura kepada sang Raja (caretaker) Destarastra. (epos Mahabharata dalam buku P. Lal, Mahabharata of Vyasa, (hh. 63-64).

"Kedudukan sebagai raja adalah kedudukan yang ter-hormat dan diperebutkan karena memberikan kepada orang yang memegang kedudukan itu segala kekayaan duniawi, dan juga kepuasan lahir dan batin yang luar biasa. Karena itu pula ia menjadi sasaran perebutan, dan jarang sekali dilepaskan dengan sukarela, sebaliknya, selalu di bawah paksaan. Perebutan membawa pada perjuangan dan peperangan, dan runtuhnya singgasana-singgasana. Kesemuanya itu tidak terjadi kalau tidak dengan solidaritas tinggi," Magnum Opus, Ibnu Khaldun.



Dikutip dari "Muhammadiyah dan pergulatan politik islam modernis" karya Hajriyanto Y. Thohari.

Sabtu, 09 Januari 2016

SEJARAH SASTRA DAN KRITIK SASTRA



Materi perkuliahan Pengantar Ilmu Sastra oleh Dra. Sri Mariati

Sejarah sastra adalah ilmu yang mempelajari sastra sejak kelahirannya sampai pada masa kekinian. Sejarah sastra modern khususnya di Indonesia diawali dari angkatan Balai Pustaka, Pujangga Baru, angkatan ’45 dan angkatan ’66.

Angkatan Balai Pustaka lahir pada tahun 1917, awalnya Balai Pustaka bernama Commisie voor de Volksletcttuur. Komisi bentukan Belanda ini mulanya dipimpin oleh Dr. G.A.J Hazeu. Tugas dari komisi ini untuk menyortir karya-karya sastra yang beredar kala itu. Karya-karya sastra yang boleh terbit adalah karya-karya yang tidak berbau politik, harus netral dari unsur agama, harus membangun dan mendidik budi pekerti dan kecerdasan. Seiring berjalannya waktu, usaha komisi ini mulai berkembang. Perkembangannya meliputi penerbitan karya-karya penulis pemula, mengumpulkan cerita rakyat dari seluruh pelosok negeri, menerbitkan karya-karya terjemahan, dan mendirikan perpustakaan di pengungsian.
Angkatan Balai Pustaka mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
-          Kebanyakan karya sastra waktu itu mengambil bahan dari problematika tanah Minangkabau
-          Perjuangan kaum muda dalam memberantas kejanggalan yang terjadi dalam masyarakat misalnya : poligami ( Salah Asuhan karya Abdul Muis), kawin paksa (Azab dan Sengsara karya Merari Siregar), kebangsawanan (Pertemuan Jodoh)

Namun, menurut Radhar Panca Dahana dalam seminar “Sumbangsih Sastra Modern Pada Peradaban Dunia” dalam rangka perayaan Pekan Raya IMASIND di Aula Fakultas Sastra Universitas Jember, beliau memaparkan adanya indikasi pen-setting-an dunia kasusastraan Indonesia dimulai sejak masa Balai Pustaka. Hal ini didasarkan pada, penyortiran karya-karya pada waktu itu oleh Balai Pustaka dengan cara lomba (para penulis) mengirimkan karya nya ke Balai Pustaka , hanya untuk dinilai mana karya-karya yang mempunyai urgentisitas yang bisa membahayakan kemajuan bangsa Indonesia (mematikan kearifan lokal). Alhasil, karya-karya yang terpilih berasal dari bahasa Melayu dengan tingkat tinggi sehingga hanya segelintir pengarang yang bisa serta bahasa itu juga yang memprakarsai munculnya Bahasa Indonesia sampai saat ini.

Angkatan Pujangga Baru berasal dari dari nama sebuah majalah Pujangga Baru yang terbit pada tanggal 26 Juni 1933. Angkatan Pujangga Baru berlangsung selama sembilan tahun yaitu dari tahun 1933-1942. Tokoh angkatan Pujangga Baru yaitu, Sanusi Pane, Armyn Pane, dan Amir Hamzah.

Ada perbedaan mencolok antara angkatan Balai Pustaka dengan angkatan Pujangga Baru. Dalam penggunaan bahasa, angkatan Balai Pustaka cenderung klise (berulang-berulang) sedangkan Pujangga Baru cenderung simpel dan modern. Cara mengarang, pengarang angkatan Balai Pustaka dominan berbicara dan menasehati pembaca, sedangkan pengarang Pujangga Baru hanya melukiskan, menyerahkan kesimpulan pada pembaca. Isi cerita dari angkatan Balai Pustaka lebih kepada pertentangan faham antara kaum tua dengan kaum muda (kolot dan modern) sedangkan pengarang Pujangga Baru berisi segala persoalan yang menjadi cita-cita pemuda di waktu itu. Coraknya, Balai Pustaka romantis sentimentil, sedangkan Pujangga Baru romantis idealis.

Dalam paparan Radhar Panca Dahana, Pujangga Baru ini sebenarnya tidak berbeda dengan Balai Pustaka, karena diprakarsai oleh orang-orang yang sama dalam pendiriannya. Sehingga menurut beliau, memang dunia kasusastraan Indonesia sudah direncanakan dari awal kelahirannya dalam suasana kehancuran.

Selasa, 05 Januari 2016

IJEN : BEAUTY OF NATURE


Pada kesempatan kali ini sob, aku akan cerita pengalaman ku yang pertama kali mendaki gunung. Uniknya sob, meskipun sejak lahir procot sampai sebesar ini domisilinya di Banyuwangi yang notabene nya itu tempatnya gunung-gunung utamanya gunung Ijen, baru pertama kali ini nih aku mendaki, parah ya sob?? Hehehe. Cekidot dah ya sob kita explore keindahan gunung Ijen.
Awal mula petualangan ku ini bermula dari 100 mimpi yang aku tulis sob, salah satunya adalah mendaki ke gunung Ijen. Nah, awalnya sih bingung, gimana cara ngewujudinnya. Seiring berjalannya waktu nih, ada temenku yang rumahnya deket ama wisata gunung Ijen ini. Ya udah akhirnya janjian dan komitmen (kayak apa aja hihihi). Pokoknya libur semester satu harus ke Ijen. Alhasil waktu selang sehari setelah libur semester aku jadi berangkat ke Banyuwangi sob, ke rumahnya temanku itu. Perjalanan ke Banyuwangi cukup lancar sob, sebab ini nih keunggulan yang coba ditawarkan bapak Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, yaitu kemudahan transportasi. Beda banget ama Jember sob. Dan yang bikin aku kagum luar biasa, bersih banget sob ijo royo-royo. Beda ama Jember yang kotor, banyak pedagang kaki lima di trotoar sob. Hebat deh Bapak Bupati kita yang satu ini.

Kembali ke benang merahnya sob, sampai di rumah temenku ini aku istirahat sebentar sob, baru berangkatnya jam 2 siang. Kami berangkat berempat sob, ada Aku, Yogi, Manda mbak Prelia. Pakai 2 sepeda motor, Yogi ama Manda pakai Yamaha aku pake beat sob ama mbak Prelia. Perjalanan menuju kesana sempat kesasar lo sob, gara-gara kita nya ndak lihat plang menuju Ijen hehehe, maklum. Wah, ternyata cobaan nya bukan itu aja sob, ada tanjakan dengan kemiringan ekstrem sob, alhasil terpaksa dah harus jalan sob, capek bukan main loh.
Sesampainya disana, tempat yang langsung dikunjungi adalah mushola sob. Masyaallah sob, musholla nya kurang terawat, kotor lo sob. Air nya dingin banget sob, brrrr. Selapas sholat kita 
dapat tempat, lumayan nyaman sih bro. Ini nih suasananya kawasan pos 1 semakin sore.
Semakin sore tambah dingin sob, tau nggak aku lo sampai pakai 2 rangkap baju sob, ditambah satu lagi dengan jaket, lengkap dengan sarung tangan, kaos kaki, sepatu dan masker. Disana kami membawa bekal sob, namun entah laper atau karna apa malamnya kita makan pop mie. Tau ndak aku abis berapa pop mie? 2 sob,  keren kan hehehehe GJ. Hari semakin malam setelah sholat isya’ kami membagi tugas buat jaga. Kami berangkat baru jam 1 pagi sob.
Ketika kami berangkat ternyata ada tiket buat mendaki lo sob, wah kan kita ndak tau. Akhirnya sob kita nunggu sampai sejam agar bisa mendaki. Dalam pendakian mbak Prelia ini nih dikit-dikit berhenti sob, capek katanya. Aku sampai ndak sabaran lo sob, aku tinggal aja jadinya (jahat ya). Ketika pendakian aku juga sempat putus asa sob, kok ndak nyampek2 ya padahal udah nguoyo gitu sob. Tapi demi blue fire nya Ijen aku siap sob. Akhirnya dengan sekuat tenaga aku tiba sob di puncak nya Ijen. Namun sob, blue fire nya ndak kelihatan gara-gara kabut. Ah sial hehehe, tapi nggak papa sob yang penting pernah ke ijen. Di Ijen hal yang luar biasa adalah melaksanakan sholat shubuh di Ijen sob, kan ndak ada air tuh (ada sih air minum ama air di kawahnya, loe mau nyemplung?). Jadinya tayamum dah. Keren-keren sob. Sayang sob, aku juga endak bisa lihat sunrise L. Waktu nya pas itu ndak tepat. Oh, ya buat kalian yang belum pernah ke Ijen nih, ayo kesana murah kok. Ini nih cost nya masuk Ijen dll.
Uang keamanan : Rp. 3000
Uang Parkir         : Rp. 5000
Uang mendaki    : Rp. 5000
Murah kan sob hehehe, untuk uang transportnya itung sendiri ya sob. Aku kan emang asli Banyuwangi :p. Bagi sobat-sobat yang mau lihat foto petulangan ku di Ijen ini nih aku kasih. Cekidot.





IMM UNEJ KAMPANYE HARI HIV/AIDS SEDUNIA



Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah komisariat Tawang Alun Universitas Jember (UNEJ) pada tanggal 29 November 2015 melakukan serentetan aksi dalam memperingati hari HIV (Human Immunodeficiency Virus)/AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) sedunia yang jatuh pada hari 1 Desember. Dalam aksinya IMM UNEJ mempunyai dua agenda; pertama, melakukan aksi bagi-bagi pamflet himbauan untuk menjauhi HIV/AIDS dan pita merah simbol HIV/AIDS di alun-alun Jember ; kedua, IMM UNEJ mengadakan diskusi tentang HIV/AIDS yang dilaksanakan di gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah (PUSDAMU) Jember.


Dalam aksi di Alun-alun Jember, IMM UNEJ membagikan pamflet-pamflet yang isinya penyebaran HIV/AIDS dan himbauan untuk menjauhi virusnya dan penyebabnya bukan orangnya. Selain aksi bagi-bagi pamflet, IMM UNEJ juga membagikan pita merah simbol penyakit HIV/AIDS. Dalam kampanye ini juga ada penandatangan petisi untuk menolak HIV/AIDS.

Di aksi yang kedua yaitu diskusi tentang HIV/AIDS dengan pembicara Bapak Idrus dosen kesehatan UNMUH Jember. Dalam paparannya, HIV/AIDS ini adalah penyakit yang sangat berbahaya yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan penyakit ini dampaknya jangka panjang. Bapak Idrus juga menyoroti Jember sebagai kota dengan penderita HIV/AIDS terbanyak nomer 3 se-Jawa Timur. HIV/AIDS muncul di Indonesia pertama kali pada 5 April 1987 di Bali yang dibawa oleh wisatawan asing dari Belanda. Salah satu fakta yang sangat mengejutkan yang dipaparkan pada diskusi tersebut, bahwa tukang cukur atau alat-alat cukur adalah media yang paling tidak terkontrol saat ini sebagai penyebar virus HIV. Beliau juga memaparkan bahwasanya HIV/AIDS tidaklah disebarkan oleh kera dari Afrika sebagaimana yang didengung-dengungkan selama ini, akan tetapi dari gaya hidup masyarakat Amerika kala itu yang homoseksual. Kemudian, ada 4 penyebab penularan HIV yaitu, hubungan kelamin baik heteroseksual maupun homoseksual; menggunakan jarum suntik bergantian; ibu hamil dan menyusui; dan transfusi darah. Beliau juga memaparkan teori untuk menghindari HIV, akan tetapi teori ini adalah teori sekuler yang dikenal dengan ABC. A: Actinents (tidak melakukan hubungan seks) , B: (Jangan berganti-ganti pasangan) , C: Condom ( memakai kondom).

Sebagai generasi muda dan penerus bangsa, IMM sebagai aktivis sadar betul bahwa generasi penerus bangsa memang harus dilindungi dari penyakit yang mematikan semacam ini. IMM berusaha menyadarkan masyarkat luas pentingnya hidup sehat dan jauh dari penyakit berbahaya ini. Dengan jargonnya “JAUHI VIRUSNYA, BUKAN ORANGNYA” IMM berharap bahwa para penderita HIV tidaklah dijauhi oleh masyarakat akan tetapi tetap diajak bersosialisasi dengan batasan tidak melakukan 4 hal penyebab HIV. Maka dari itu mari, hidup sehat dan menjauhi HIV/AIDS demi masa depan keluarga, masyarakat serta bangsa dan negara.

JAUHI VIRUS DAN PENYEBAB HIV, BUKAN ORANGNYA.
Fastabiqul Khairot. Nuun Walqolami Wama Yasthurun.


Rabu, 30 Desember 2015

Kumpulan puisi mbeling. Kocak!!











"man jadda wa jadda"

KUMPULAN PUISI MBELING

puisi buat pacarku
duhai pacarku,
yang pesek
sebetulnya ik enggak ngebet
sama situ
tapi apa daya
babemu kaya
nanti kita berbulan madu
pake corolla
ke neraka
        (Amin Subagio, Aktuil, Maret 1976)

Iklan Pasta Gigi

  Mengandung campuran ini itu
  Yang pasti gigi bisa putih
   
  Sayangnya iklan begini kurang sempurna
  Mbok yang sekalian sama sikat giginya gitu lho
  untuk supaya lebih jelasnya, atau apa repotnya
(Yudhis, Aktuil, no 168, 1975)

         Kesaksian di Hari Natal
 Ketika pipi kananku ditampar
 plak !
 kuturuti sabdamu, ya Bapak
 kuberikan pipi kiriku
 dan
 plak !
 duh, larane.
      (Tjiang Ham Biauw, Aktuil, Februari 1976)

     Buat Iin Suwarjo Sebelum Mandi
ceweku wangi baunya
wangi bau ceweku
wangi ceweku
ceweku
cewe
cewecewecewecewecewe
                                 ce
                                 we
                                  ce
                                 we
                                    c
                                    w
                                   c
                                 w
                                 w.c.
                                 w.c. bau c.w
                                 c.w. bau w.c
                                 cewe bau w.c
                                 ceweku bau w.c.
           (Remy Silado, Silado, Silado, 1972)

           
           DOA
              A
         AAAAAAA
     AAAAAAAAAAA
  AAAAAAAAAAAAAAA
           AMIN
           (Jeihan Top, Mei 1975) 

B U N Y I
    tiki tiki tiki tiki tiki
 bunyi hujan di atas genteng
    ziki ziki ziki ziki ziki 
 bunyi seks di atas ranjang
 niki niki niki niki niki
    echo
                (Remy Silado, Aktuil, 104, 1972)


PEREMPUAN
       habis manis
       sepahnya dibuang
       habis nangis
       maunya disayang
    (Sri Indarti S., Aktuial Desember 1973)

CINTAKU TATI
   cintaku tati
   cinta cinta
   tita tita
   tati tati
   ta-ti
   ta-ti
   ta-i
   tai
   t
   a
   i
   !          (Aktuil, 1972)

BARISAN S
Sastrawan salah saraf
  Sambil sarapan sabet sebat
  Santunya samar samar
  Sajaknya sarwa sasar
  Sakunya sandang seperak
  Sakitnya sekali
  Sawanan
                   (Aktuil, 1973)


  BARANGKALI TELAH KUSEKA  NAMAMU
Barangkali telah kuseka namamu
Dengan sol sepatu
Seperti dalam perang
Kuseka namamu



Barangkali kau telah menyeka bukan namaku
Barangkali aku telah menyeka bukan namamu
Barangkali kita malah tak pernah di sini
Hanya hutan, jauh di selatan,  hujan pagi
                  (Gunawan, Interlude, hal 9)

         SOPIR TAXI
Seandainya Tuhan tak ada
akan pergi ke mana
sopir taxi yang punya anak banyak
istrinya sakit, dan kontrak rumahnya habis?

Hanya pergi kepadaNya
rasanya urusan tidak selesai
Sopir itu harus selalu kerja dan  bersedih
sambil merasa kurang aman
sebab orang jahat, sering menghadang di 
jalan
             (Yudhis, Omong Kosong,hal 7)

         EPISODE 25 DESEMBER 1975
  hari ini makan enak-enak 
  makan sampai perut buncit-buncit
hari ini baju bagus-bagus
celana cutbray dasi kupu-kupu
dan jas model sayap burung pinguin
hari ini pesta pora
pesta sampai habis-habis
besok apa yang dimakan ?
tah tahu aku
           (Remy Silado, Aktuil, No 135, 1974) 

             NOSTALGIA
      makan bolu rasanya tahu
   minum bir rasanya air
      o, kampung halaman
   aku ada di rumah orang
   aku ingin pulang
   tapi tak punya uang
(Nanung, Aktuil, No. 187 Maret 1975)

KISS........MIA
Natrium, yudium, kalsium
dan sebagainya
tak kusuka
yang kusuka adalah mencium !
      (Yoppy O.L. Stop. November 1978) 

PENYAKIT TURUNAN

Habis makan
Kenyang.
  (Nhur Effendi A. Aktuil, Maret 1974)

AWAM
Di taman, banyak orang berciuman
Di warung, banyak orang ngutang rokok
Di pesta, banyak tangan colak-colek
Di kakus, banyak orang pada jongkok
Kesimpulannya: di mana-mana banyak
orang.
      (Omong Kosong, Hal. 36)

   BUAT PENYAIR TUA
Selamat istirahat
Buat kamu, ini kain kafan
Semoga cepat dirundung frustasi.
(Remy Silado, Aktuil, No. 127, 1973)

PUISI MAPAN INI
Mapan di papan
Gatel-gatel
Banyak kutu
Busuk.
(Gumilar S. Aktuil, No. 120, 1973)


Sastra pembongkar generasi kolot.
















PUISI MBELING

Dalam perkembangan dunia sastrawi di Indonesia, terdapat beberapa era. Era balai pusataka, era pujangga baru, era ’45 dan era ’66. Namun setelah era ’66 tidak muncul kembali sebuah era dimana jiwa sastrawi nya muncul lekat dan menimbulkan identitas. Hal ini menurut Sapardi Djoko Darmono terjadi karena tiadanya semacam tuntutan kepada sastrawan untuk mengikuti garis politik golongan tertentu sejak tahun 1966, memberikan kebebasan sastrawan dalam mencipta. Pembaruan stilistika dan tematik juga menjadi tujuan penyair setelah tahun 1966.
Setelah tahun ’66 , muncul puisi ‘mbeling’ yang pertama kali dimuat dalam majalah “Aktuil” pada tahun 1972. Kata mbeling sendiri menurut para redaktur majalah diartikan sebagai “sikap nakal yang tahu aturan”. Tujuannya ialah untuk menghadirkan atau menggerus nilai-nilai kaum tua yang dianggap sudah bokek, nilai-nilai seni tua yang dijlimitkan dengan teori-teori yang sudah kaku. Puisi mbeling merupakan puisi pemberontakan terhadap puisi mapan yang hanya membicarakan awan, kuda, laut, padi dsb.
Hal-hal yang melatar belakangi puisi mbeling, pada waktu itu sesudah tahun ’66, minat para pemuda untuk menulis sangatlah besar tetapi majalah sastra amat terbatas jumlahnya sehingga puisi yang dikirimkan ke majalah sastra tidak dapat segera dimuat. Kepenyairan seseorang ditentukan oleh dapat atau tidaknya karya seorang penyair disiarkan dalam majalah sastra. Penyair mapan semakin mendapat tempat dalam perkembangan puisi Indonesia. Sedangkan, penyair muda semakin mendapat tekanan dari penyair mapan, mereka tidak dapat tampil karena terhalang penyair mapan.
Perkembangan puisi mbeling, pada tahun ’73 puisi mbeling berganti nama menjadi ”puisi lugu”, kata “lugu” diartikan sebagai sikap menerima apa adanya tanpa keterbatasan ruang dan waktu. Pada tahun ’75 kata “lugu” diubah menjadi “awam”, “awam” dimaksudkan untuk porsi kaum awam,  tujuannya mencapai kesenangan , kegembiraan dan rekreasi bagi orang awam. Sedangkan di majalah Stop, puisi mbeling disediakan rubrik yang dinamai “Soliloqui” dan menyebut puisi mbeling , puisi “setengah matang” kemudian berubah menjadi “remaja underground” berubah lagi menjadi puisi “underground”. Pada majalah Yunior, puisi mbeling disebut puisi-puisi cinta.
Puisi mbeling lebih digemari oleh masyarakat luas daripada puisi yang serius. Bagi masyarakat luas, puisi mbeling mempunyai daya pikat yang besar. Puisi mbeling tidak sulit untuk dipahami, masalah yang diungkapkan bukan masalah pelik. Kelakar, caci-maki, hal-hal yang jorok, main-main yang diungkapkan dalam puisi tersebut lebih memikat.
Puisi mbeling juga sudah masuk dalam ranah pembicaraan yang serius. Dalam pertemuan sastrawan II pada tahun 1974, puisi mbeling banyak disinggung oleh Muhammad Ali dan Wing Karjo. Pada tahun 1975 Dewan Kesenian Jakarta memberikan kesempatan pada penyair muda untuk membacakan karyanya di Taman Ismail Marzuki.
Berikut unsur-unsur puisi Mbeling:
1.      Bahasa
Bahasa yang dipergunakan dalam puisi mbeling adalah bahasa yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata yag berasal dari bahasa daerah sering dijumpai dalam puisi mbeling, bahkan bahasa asing juga ikut digunakan (bahasa inggris, perancis dll).
Contoh :
“Puisi buat pacarku”
Duhai pacarku,
Yang pesek
Sebetulnya ik enggak ngebet
Sama situ
Tapi apa daya
Babemu kaya
Nanti kita berbulan madu
Pake corolla
Ke neraka.
(Amin Subagio, Aktuil, Maret 1976)

2.      Bentuk
Bait dan baris dalam puisi mbeling tampak kurang teratur dibandingkan dengan puisi serius. Dalam puisi mbeling jarang dijumpai puisi yang terbagi atas bait-bait yang jumlah lariknya sama. Penyusunan baris yang menimbulkan kesan kerapian bentuk jarang dijumpai.
Contoh:
“Doa”
DOA
A
AAAAAAA
AAAAAAAAAAA
AAAAAAAAAAAAAAA
AMIN
            (Jeihan, Top, Mei 1975)

3.      Persajakan
Dalam puisi mbeling rima dan ritme tidak mendapat banyak perhatian, karena puisi mbeling diciptakan secara spontan atau serta merta. Bagi mereka menciptakan puisi bukanlah pekerjaan yang sulit, yang dipentingkan kesertamertaan, keluguan dan keakraban. Akrab dalam arti bahasa mengucapkannya tidak terlalu asing dan mudah dipahami pembaca.


Contoh:
“Perempuan”
Habis manis
Sepahnya dibuang
Habis nangis
Maunya disayang
(Sri Indarti S.  Aktuil, Desember 1973)

4.      Gaya Bahasa
Dibanding dengan puisi serius, puisi mbeling lebih prosais. Puisi mbeling menggunakan bahasa yang lugas. Ungkapan, perbandingan dan lambang yang rumit jarang dijumpai. Memahami dan menikmati puisi mbeling tidak sesulit memahami dan menikmati puisi serius. Pembaca tidak perlu bersusah payah menafsirkan ungkapan, perbandingan atau lambang agar dapat memahami dan menikmatinya.
Contoh:
“Barangkali telah kuseka namamu”
Barangkali telah kuseka namamu
Dengan sol sepatu
Seperti dalam perang
Kuseka namamu

5.      Tema
Puisi ini menyajikan aneka ragam persoalan. Segala hal dapat disajikan menjadi puisi mbeling oleh penyair. Mereka tidak terlalu memilih dan menentukan persoalan yang dituangkan dalam puisinya. Bagi mereka tidak ada hal yang tabu untuk dijadikan puisi mbeling. Sesuatu hal yang biasanya dianggap kesopanan tidak boleh disebut-sebut, dengan nakalnya dijadikan puisi oleh penyair mbeling. Tidak ada yang puitis dan tidak puitis. Yang terpenting dapat memancing senyum, tertawa dan reaksi spontan lainnya. Yang penting ialah tanggapan pembaca pada saat membaca puisi itu, perkara sesudah itu dijadikan bungkus kacang atau dibuang, bukan soal bagi mereka.
Contoh:
“KISS....MIA”
Natrium, yodium, kalsium
Dan sebagainya
Tak kusuka
Yang kusuka adalah mencium
(Yoppy O.L. Stop. November 1978)